BAB I
PENDAHULUAN
Di Indonesia, ikan karper memiliki beberapa nama sebutan yakni ikan mas, kancera, tikeu, tombro, raja, rayo, ameh atau nama lain sesuai dengan daerah penyebarannya. Ahli perikanan Dr. A.L Buschkiel dalam RO. Ardiwinata (1981) menggolongkan jenis ikan karper menjadi dua golongan, yakni pertama, jenis-jenis karper yang bersisik normal dan kedua, jenis kumpai yang memiliki ukuran sisrip memanjang. Golongan pertama yakni yang bersisik normal dikelompokkan lagi menjadi dua yakni pertama kelompok ikan karper yang bersisik biasa dan kedua, bersisik kecil.
Sedangkan Djoko Suseno (2000) mengemukakan, berdasarkan fungsinya, ras-ras ikan karper yang ada di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama merupakan ras-ras ikan konsumsi dan kelompok kedua adalah ras-ras ikan hias.
Ikan karper sebagai ikan konsumsi dibagi menjadi dua kelompok yakni ras ikan karper bersisik penuh dan ras ikan karper bersisik sedikit. Kelompok ras ikan karper yang bersisik penuh adalah ras-ras ikan karper yang memiliki sisik normal, tersusun teratur dan menyelimuti seluruh tubuh. Ras ikan karper yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah ikan karper majalaya, ikan karper punten, ikan karper si nyonya dan ikan karper merah atau mas.
1.1 Latar Belakang
Ikan mas sejarahnya sudah mulai dipelihara di Cina sejak zaman Dinasti Sun, tahun 1234 sesudah masehi. Saat itu, oleh Chow Mit, pemeliharaan dilakukan dengan menggunakan keranjang bambu. Seiring dengan berimigrasinya bangsa Cina, tradisi memelihara ikan mas dengan cara tersebut mereka bawa ke tempat perantauan hingga kemudian ditiru oleh orang pribumi. Sekitar abad pertengahan ikan mas terus berkembang ke daerah subtropis di belahan bumi utara (Eropa) sampai ke daratan tropis di belahan selatan (Asia), seperti Asia Timur dan Asia Selatan.
Ikan mas tergolong jenis ikan yang sangat toleran terhadap fluktuasi suhu air antara 14-32 C. Namun, suhu air optimum yang baik untuk pertumbuhan ikan mas berkisar antara 22-28 C. Ikan mas mampu beradaptasi terhadap perubahan kandungan oksigen terlarut dalam perairan. Ikan mas juga tidak sensitif terhadap perlakuan fisik seperti seleksi, penampungan, penimbangan, dan pengangkutan. Karena sifatnya sangat adaptif terhadap lingkungan baru, ikan mas dengan berbagai strain-nya tersebar hampir di seluruh penjuru dunia.
Di Indonesia, ikan mas pertama kali dikenal sekitar tahun 1810 di daerah Galuh, Ciamis, Jawa Barat. Namun, sekitar 1860 ikan mas sudah mulai banyak dibudidayakan sampai terus berkembang ke daerah lain di sekitar Jawa Barat. Pada tahun 1892, ikan mas mulai dikenal di Pulau Sumatera, tepatnya di daerah Bukittinggi, Sumatera Barat, dan mulai berkembang pada tahun 1903.
Pada tahun yang sama, ikan mas mulai didatangkan ke Padang Sidampuan, Sumatera Utara, sampai akhirnya mulai dikenal di Medan pada tahun 1903. Pada tahun yang sama, ikan mas mulai didatangkan ke Padang Sidampuan, Sumatera Utara, sampai akhirnya mulai dikenal di Medan tahun 1905. Di Pulau Sulawesi, ikan mas mulai dikenal pada tahun 1895 yang diawali dari daerah Tondano, Sulawesi Utara.
Tahun 1905, ikan mas mulai didatangkan ke Manado dan Sulawesi Selatan. Kemudian mulai tahun 1936 ikan mas mulai dipelihara di sawah. Di Bali, ikan mas pertama kali dikenal pada tahun 1903, dan mulai dibudidyakan orang di sawah pada tahun 1931. Ikan mas didatangkan pertama kali ke Flores pada tahun 1932.
Ada delapan strain (ras) ikan mas unggulan yang dikenal Indonesia. Selain itu, strain - strain baru juga telah banyak dihasilkan dengan menggunakan sistem perkawinan silang. Beberapa strain ikan mas unggulan adalah ikan mas majalaya, punten, sinyonya, merah, taiwan, kumpay, karper kaca, dan kancra domas. Strain hibrida (silangan) yang ada sekarang adalah hasil persilangan strain majalaya x sinyonya dan strain majalaya x taiwan. Dari semua jenis diatas, strain ikan mas yang paling unggul dan diminati masyarakat adalah majalaya, sinyonya, taiwan, dan jenis hibrida.
1.2 Identifikasi Masalah
KHV secara umum menyerang ikan mas yang ada di Jawa dan daerah lain yang produk ikan mas-nya berasal dari Jawa. Akibat dari serangan ini, banyak pembudidaya yang beralih pada komoditas lain. Hal ini karena sudah tidak ada lagi induk yang akan digunakan dalam produksi atau usahanya sering merugi akibat serangan penyakit. Ketika keadaan ini tentu saja dapat berakibat makin berkurangnya atau habisnya plasma nutfah.
Strain ikan mas yang umumnya berasal dari beberapa daerah di Jawa. Strain majalaya, menjadi sulit ditemukan didaerah asalnya Majalaya Kabupaten Bandung atau Sinyonya yang kini sulit ditemukan strain yang asli di Pandeglang, Banten. Daerah lain yang terserang KHV dapat dijadikan sumber plasma bagi suatu sistem budidaya untuk menghasilkan ikan mas yang bebas KHV dengan menerapkan teknik biosecurity.
Mengingat bahwa seranghan KHV telah menyebabkan kerugian yang sangat besar dalam kegiatan produksi ikan mas, regulasi tentang pelarangan peredaran ikan mas dari daerah yang terserang KHV ke daerah baru yang belum terserang, merupakan empati pemerintah agar kerugian yang dialami oleh pembudidaya tidak berlangsung terus lama meningkat bagi daerah yang fasilitas ikan mas-nya sudah pernah terjangkit KHV, upaya awal berupa pemusnahan ikan yang terserang merupakan langkah tepat walaau terasa menyakitan untuk dilakukan upaya lain yang dapat dilakukan adalah uji PCR secara dini terhadap ikan mas sebelum didistribusikan ke daerah lain. Semua upaya ini memerlukan konsistensi, dukungan dana dan metoda lain yang lebih efektif tanpa mengorbankan para pembudidaya serta penerapan biosecurity dalam kegiatan budidaya.
Biosecurity didefinisikan sebagai serangkaian usaha untuk mencegah atau mengurangi peluang masuknya suatu penyakit ke suatu sistem budidaya dan mencegah penyebarannya dari suatu tempat ke tempat lain yang masih bebas. Prinsip dasar dalam pengaplikasiannya adalah isolasi dan desinfeksi.
Di Indonesia khususnya sektor perikanan istilah dan pelaksanaan biosecurity masih sangat relatif baru sehingga konsep ini belum banyak diterapkan. Paling tidak ada dua hal yang menyebabkan para pembudidaya belum melaksanakan program ini, antara lain khususnya pengetahuan dan miskonsepsi terutama tentang besarnya biaya dalam penerapan biosecurity dan mempertimbangkan keuntungan yang akan diperoleh.
Efektifitas program biosecurity tergantung pada beberapa hal, baik faktor teknis, managerial maupun ekonomi. Oleh karenanya, dalam pelaksanaanya sangat memerlukan kedisiplinan dan kepedulian yang tinggi baik pada level pelaksana maupun manager. Aplikasi di tingkat farm harus di laksanakan komprehensif sehingga dapat mencegah masuk, berkembangnya dan menyebarnya pathogen tertentu yang sangat berbahaya . Dalam suatu kegiatan budidaya, pelaksanaan konsep ini diharapkan mampu menjadi solusi alternatif bagi terciptanya budidaya perikanan yang berkelanjutan.
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud pembahasan kami dalam materi ini adalah agar kami bisa mengetahui morfologi dari Cyprinus carpio (Ikan Mas), serta bagaimana cara membedakan bentuk tubuh dari berbagai macam ras-rasnya. Karena sangat penting untuk mengetahuinya khususnya dalam bidang peternakan. Dan agar kita bisa mengetahui virus KHV yang dapat menyebabkan menghilangnya ras-ras ikan pada daerah-daerah di Jawa khususnya, serta dapat mengetahui cara pencegahannya.
Tujuan pembahasan ini adalah supaya mahasiswa dapat mengklasifikasikan kingdom-kingdom dalam taksonomi hewan khususnya pada ikan. Dan menjadi pembelajaran untuk kedepannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Koi Herves Virus (KHV), merupakan penyakit virus ganas sehingga menyebabkan kematian massal pada ikan mas. Serangan penyakit ini tidak hanya menyerang Indonesia. Berdasarkan sejarahnya, serangan KHV menyerang pertama kali pada tahun 1998 dan terjadi di Israel pada tahun 1999.
Untuk selanjutnya, beberapa kasus juga telah menyerang negara Amerika Serikat, Eropa, dan Asia (Hendrick et al., 2000; OATA, 2001; Anonymous, 2003 dalam Hartman, et al. 2004). Penyakit KHV dapat menyebabkan kematian massal 80-100% dari populasi ikan mas dan umumnya pada kondisi suhu air 72-81 F.
Tindak karantina merupakan metoda yang paling sering digunakan untuk menghindari masuknya KHV ke dalam populasi ikan mas yang sudah lama dipelihara. Agar tindak karantina dapat berjalan secara efektif, maka semua ikan baru harus ditempatkan dalam wadah atau sistem terpisah dan ideal berbeda lokasi gedung atau area ikan yang sudah lama dipelihara.
Di samping wadah tersendiri, peralatanpun harus tersendiri atau dikhususkan bagi ikan yang baru masuk. Di pintu masuk dan keluar gedung disediakan wadah disinfeksi untuk kaki dan pencucian tanagan. waktu yang diperlukan untuk melakukan karantina ini memerlukan 30 hari (Hartman, et al. 2004).
Setelah proses karantina, ikan dikembangkan menggunakan SPO (Standar Prosedur Operasional) dalam tiap tahapan proses kegiatan. Dokumen atau SPO menjelaskan secara detil dari semua titik kritis dan harus diketahui oleh semua personil yang terlibat dalam operasional hatchery. Jika terdapat informasi baru SPO diperbarui dan dikomunikasikan ke semua personil. (FAO, 2003)
BAB III
PEMBAHASAN
A. Morfologi Ikan Mas Berdasarkan Ras-nya
Secara morfologis, ikan karper mempunyai bentuk tubuh agak memanjang dan memipih tegak. Mulut terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan. Bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut berukuran pendek. Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan karper ditutupi sisik dan hanya sebagian kecil saja yang tubuhnya tidak ditutupi sisik. Sisik ikan karper berukuran relatif besar dan digolongkan dalam tipe sisik sikloid berwarna hijau, biru, merah, kuning keemasan atau kombinasi dari warna-warna tersebut sesuai dengan rasnya:
a. Strain Majalaya
Ikan mas strain majalaya merupakan hasil seleksi keturunan ikan mas berpunggung tinggi yang sudah lama berkembang di daerah Majalaya, Jawa Barat. Ia memiliki tubuh berukuran relatif pendek. Sisiknya berwarna hijau keabu-abuan, dan bagian tepinya berwarna lebih gelap. Bagian bawah insang dan bagian bawah sirip ekor berwarna kekuningan.
Semakin ke arah punggung, warna sisik semakin gelap. Punggung tinggi membungkuk dan tipis. Bungkuknya merupakan batas antara kepala dan punggung. Penampang badan tampak melancip ke arah punggung. Bentuk moncong memipih. Gerakannya jinak. Perbandingan antara panjang dan tinggi badan 3,20 : 1. Jenis unggul majalaya inilah yang sampai sekarang banyak dicari-cari orang untuk dipelihara di kolam air deras karena pertumbuhannya cepat.
b. Strain Punten
Strain punten pertama kali dikembangkan pada tahun 1919 di Desa Punten, Malang, Jawa Timur. Asal-usul nama punten sendiri digunakan untuk mengabadikan nama desa tempat kelahiran ikan mas jenis ini. Ikan mas ini memiliki tubuh relatif pendek membulat dan berperut besar (big belly). Perbandingan antara panjang dan lebar badan kira-kira 2,30 : 1. Bagian punggungnya lebar dan tinggi. Sisik yang menutupi badannya berwarna hijau gelap. Mata agak menonjol. Gerakannya lambat serta jinak.
c. Strain Sinyonya atau Si Putri Yogya
Tubuhnya relatif panjang (long bodied form). Perbandingan panjang dan tinggi badan adalah 3,66 : 1. Sisik berwarna kuning muda (warna jeruk sitrus). Ikan yang masih muda, matanya sedikit menonjol dan setelah berusia dewasa matanya menjadi sipit. Gerakannya jinak dan suka berkumpul di permukaan air.
d. Strain Merah
Tubuhnya relatif panjang dengan bagian punggung relatif rendah dan tidak lancip. Sisiknya berwarna merah kekuningan tidak tertutup penuh, tepatnya di sepanjang gurat sisi (linea lateralis). Bagian mata agak menonjol. Gerakannya jinak.
e. Strain Taiwan
Konon, nama Taiwan yang melekat pada ikan mas jenis ini digunakan untuk mengingatkan daerah asalnya di negara Cina Daratan, Taiwan. Tubuhnya memanjang dan penampang punggung berbentuk busur agak membulat. Strain ini rata-rata bersisik hijau kekuningan. Di bagian tepi sirip dubur dan di bawah sirip ekor, umumnya terdapat warna kuning kemerahan. Strain taiwan didatangkan tahun 1974 dan dicoba pemeliharaannya pertama kali di Bogor, Jawa Barat.
f. Strain Kumpay
Ikan mas strain kumpay disebut juga Cyprinus carpio var. flavipinis. Tubuhnya bersisik penuh dengan warna yang sangat variatif, seperti putih, kuning, hijau, dan merah. Ukuran sisik normal. Semua sirip yang ada pada bagian tubuhnya berukuran panjang-panjang. Pertumbuhannya lebih lambat daripada strain yang lainnya. Di Indonesia, strain ikan mas ini dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi.
g. Strain Karper Kaca
Tubuhnya berbentuk memanjang dengan punggung yang relatif rendah. Pada bagian dada tidak sepenuhnya tertutupi sisik, tepatnya di sepanjang garis gurat sisi (linea lateris) dan di seitar pangkal sirip. Ikan mas karper kaca memiliki sisik besar-besar, tetapi beberapa kerabatnya bersisik kecil-kecil. Warna sisik umumnya putih mengilap seperti perak tidak beraturan dan kadang-kadang tidak penuh. Bagian tubuh yang tidak tertutupi sisik sepintas tampak seperti kaca bening. Kondisi fisik yang demikian menyebabkan ikan ini banyak dijjuluki orang ikan mas kaca.
h. Strain Kancra Domas
Ikan mas strain kancra domas masih merupakan kerabat dekat straim karper kaca. Ukuran tubuhnya kecil-kecil tidak seragam dari ukuran normal. Bersisik penuh dengan warna yang cukup variatif, seperti biru, cokelat, dan hijau. Warna sisik di daerah punggung hitam kelam. Semakin ke arah perut warnanya semakin keperakan. Gerakannya mirip ikan mas straim taiwan, selalu aktif dan kurang jinak. Di Indonesia, straim ikan mas ini juga banyak diknsumsi.
B. Klasifikasi Ikan Mas
Sifatnya yang sangat adaptif terhadap lingkungan baru, menjadikan ikan mas dengan berbagai straim-nya banyak tersebar hampir di seluruh penjuru dunia. Untuk itu ikan mas banyak memiliki sebutan. Dalam bahasa Inggris disebut common carp. Di Pulau Jawa, ikan mas disebut sebagai ikan masmasan atau lauk mas. Sementara itu, di Sumatera, ikan mas lebih dikenal dengan sebutan ikan rayo atau ikan mameh.
Klasifikasi ikan mas berdasarkan ilmu taksonomi hewan (sistem pengelompokkan hewan berdasarkan bentuk tubuh dan sifat-sifatnya) sebagai berikut.
Phyllum : Chordata
Subphyllum : Vertebrata
Superclass : Pisces
Class : Osteichyes
Subclass : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Subordo : Cyprinoidea
Famili : Cyprinidae
Subfamily : Cyprinus
Species : Cyprinus carpio, L
C. Morfologi Ikan Mas
Ciri-ciri morfologi adalah ciri-ciri yang menakjubkan bentuk dan struktur suatu organisme. Secara umum, karakteristik ikan mas memiliki bentuk tubuh yang agak memanjang dan sedikit mimipih ke samping (compressed ). Sebagian besar tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik kecuali pada beberapa strain yang memiliki sedikit sisik. Moncongnya terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil). Pada bibirnya yang lunak terdapat dua pasang sungut (berbel) dan tidak bergerigi. Pada bagian dalam mulut terdapat gigi kerongkongan (pharynreal teeth) sebanyak tiga baris berbentuk geraham.
Sirip punggung ikan mas memanjang dan bagian permukaannya terletak bersebrangan dengan permukaan sirip perut (ventral). Sirip punggungnya (dorsal) berjari-jari keras, sedangkan di bagian akhir bergerigi. Seperti halnya sirip punggung, bagian belakang sirip dubur (anal) ikan mas ini relatif besar dengan tipe sisik lingkaran (cycloid) yang terletak beraturan. Garis rusuk atau gurat sisi (linea lateralis) yang lengkap terletak di tengah tubuh dengan posisi melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor.
Struktur Tubuh Cyprinus carpio (Ikan Mas)
Keterangan:
A. Caput
Terdapat bangunan-bangunan :
1. Rima dris (celah mulut) terdapat pada ujung rostrum (moncong).
2. Favea nasalis, sepasang cekung hidung didorsal mulut sebagai tempat berakhirnya filaolfactoria (cabang berakhir nervus olfactoriuos).
3. Organon visus (mata).
Bangunan-bangunan yang tampak dari luar ialah :
- Sclera
- Cornea
- Pupil
4. Apparatus opercularis (tutup insang):
Sepasang terdapat dikanan-kiri bagian belakang caput, berbentuk setengah bulatan:
1. Operculum
a. Os operculare
b. Os praeoperculare
c. Os suboperculare
d. Os interproperculare
2. Membrana branchiostegalis
3. Radii branchiotegii
Bagian-bagiannya :
a. Overculum, terbagi atas 4 bagian;
- Os perculare (bagian vorsail)
- Os praeoperculare (bagian cranial)
- Os suboperculare (bagian caudal)
- Os interoperrulane (bagian ventral)
b. Membrana branchiostegalis, (suatu selaput yang terdapat pada tepi caudal operculum dan berakhir bebas).
c. Radii branchoostegii, (Berupa tulang-tulang kecil, bengkok, merupakan rangka penyokong.
d. Organon auditus (alat pendengaran/keseimbangan).
e. Belum tampak dari luar, masih sangat sederhana hanya mempunyai auris intera (belum mempunyai auris externa dan auris media), terdiri atas:
- Tiga canalis semicircularis
- Otolith, yang terdapat pada capsula auditiva, yang dapat menerima getaran-getaran suara.
B. Truncus
1. Epidermis (Kulit Luar)
Tipis, transparan, dan licin karena banyak menghasilkan mucus (getah lendir), menutupi tubuh ikan untuk memudahkan pergerakan (mengurangi pergeseran) dalam air dan juga untuk mencegah masuknya organisme-organisme kedalam tubuhnya.
2. Squama
3. Terdapat dibawah epidermis tersusun sebagai susunan genting dengan bagian belakang bebas, sehingga ada bagian sisik yang tertutup oleh sisik-sisik lain. Squama merupakan exoskeleton.
Pada ikan dikenal 4 tipe squama:
1. Cycloid
2. Ctenoid
3. Ganoid
4. Platoid
Squama cyloid misalnya pada Puntius javanivus, Cypinus carpid. Squma ini terbentuk dari corium/dermis. Bentuknya circuler/avoid.
Secara mikroskopis tampak adanya:
- Garis-garis concentris, jumlahnya sesuai dengan umurnya. Garis-garis ini merupakan garis-garis perumbuhan mengelilingi suatu centrum.
- Garis-garis radier.
- Guanophora, yang mengandung kristal-kristal guanin tampak mengkilap kebiru-biruan.
- Sel-sel pigmen berbentuk bintang, mengandung zat warna hitam yang disebut melanophora.
C. Cauda
1. Linea Lateralism, (suatu bangunan berupa garis memanjang disisi lateral truncus, mulai dari kepala sampai kepala ekor). Tersusun oleh 2 (dua) macam sel:
1. sel-sel penyokong.
2. sel-sel sensoris yang disebut nuromast.
3. dua buah lubang keluar (muara) yang saling berdekatan, pinela analis, berturut-turut ialah:
- Anus
- Porus urogenitalis
2. Xtrenitas liberae (anggota badan bebas) ikan berupa sirip (pinna caudalis).
Tiap-tiap pinna tersusun dari;
- Membrana.
- Skeleton terdiri dari jaringan tulang yang disebut radiala. Radiala ini bersendi pada basila. Pada pinna yang letaknya di medial, basilia bersendi pada vertebrata, yaitu pada pinna neuralis. Pada pinna yang lain basilia yang bersendi pada tulang lain yang disebut cingulum. Pinna caudalis berhubungan langsung dengan pinna vertebrata caudalis. Pada Cyprinus carpio (ikan mas) tipe homocercal.
BAB IV
STUDI KASUS
Ikan Mas (Cyprinus carpio) adalah salah satu jenis ikan yang bernilai ekonomis penting. Ikan Mas (Cyprinus carpio) merupakan bahan pangan yang berprotein tinggi, murah dan mudah dicerna. Ditinjau dari masalah gizi saat ini pemerintah melakukan program anak sehat di Indonesia, dengan salah satu kegiatannya adalah menyediakan sumber makanan yang kaya akan protein dan mudah dicerna. Oleh karena itu perlu diadakan penelitian tentang pengaruh kecepatan sirkulasi air di kolam terhadap berat Ikan Mas (Cyprinus carpio) di Balai Benih Ikan (BBI) Lenek Kecamatan Aikmel Lombok Timur.
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh kecepatan sirkulasi air di kolam terhadap berat Ikan Mas (Cyprinus carpio) di Balai Benih Ikan (BBI) Lenek Kecamatan Aikmel Lombok Timur. Penelitian ini dilakukan di Balai Benih Ikan (BBI) Lenek Kecamatan Aikmel Lombok Timur selama 28 hari dari tanggal 3 Maret sampai 30 Maret 2008. dalam penelitian ini digunakan metode eksperimen. Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dengan menggunakan Analisa of Varians (ANOVA). Dari hasil analisis menunjukkan ada pengaruh kecepatan sirkulasi air di kolam terhadap berat Ikan Mas (Cyprinus carpio) di Balai Benih Ikan (BBI) Lenek Kecamatan Aikmel Lombok Timur.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
4.2 Kesimpulan
Ikan Mas (Cyprinus carpio) termasuk dalam genus Cyprinus dan familia Cyprinidae. Menurut Susanto (1986) Badan Ikan Mas memanjang, sedikit pipih ke samping (Compresed). Mulut dapat disembulkan terletak di ujung tengah (terminal) dan mempunyai sungut dua pasang.
Secara umum hampir seluruh tubuh Ikan Mas ditutupi oleh sisik. Hanya sebagian kecil saja bagian tubuhnya yang tidak tertutupi oleh sisik. Sisik Ikan Mas berukuran relatif besar dan digolongkan dalam sisik tife sikloid (Suseno, 1994). Sirip punggung (dorsal) dengan bagian belakang berjari-jari keras.
Letak permukaan sirip punggung ini berseberangan dengan permukaan sirip perut (Susanto, 1986). Menurut Suseno (1994) sirip, dubur (anal) yang terletak bergerigi. Linea lateralis (gurat sisi) terletak di permukaan tubuh, melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor. Pharynreal leeth (gigi kerongkongan) terdiri dari tiga baris yang berbentuk gigi graham.
4.2 Saran
4.2 Saran
· Hendaknya mahasiswa diberikan ulasan sedikit tentang topik yang akan dibahas.
· Hendaknya mahasiswa diterangkan lebih lanjut materi yang telah dibahas dalam makalah.
· Memberikan keterangan-keterangan tentang materi yang belum dapat dibahas dalam makalah ini.
· Menjelaskan apa yang belum dapat dibahas dalam makalah ini agar dapat difahami oleh mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
http://wapedia.mobi/id/Ikan_karper#1. (Sabtu, 17 Oktober 2009/ Pukul 19.33 WIB)
http://books.google.com/books?id=Fn16ynnmZ8C&pg=PA5&lpg=PA5&dq =morfologi+cyprinus+carpio&source=bl&ots=hLKcceD2Kk&sig=Zh_LJj-S9sqQ R1IsVkVlrZ0sCc&hl=id&ei=y5HaSuGkNNCOkQWUsaHEDg&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=10&ved=0CBwQ6AEwCQ#v=onepage&q=morfologi%20cyprinus%20carpio&f=false (Sabtu, 17 Oktober 2009/ Pukul 19.57 WIB)
Badan Standardisasi Nasional. 1999. SN 101-6131-1999 (Produksi induk ikan mas Cyprinus carpio LL. strai majalaya kelas induk pokok). Jakarta
Badan Standardisasi Nasional. 1999. SNI 01-6133-1999 (Produksi benih ikan mas, Cyprinus carpio LL. strain majalaya kelas benih sebar). Jakarta
Gorda, S.2005. Personal communication
Hartman, K.H., Yanong, R.P.E., Petty, B.D., Francis-Floyd, R. and Riggs, A.C. 2004. Koi Herves Virus (KHV) Disease. University of Florida.